Jakarta (ANTARA) – Tito Karnavian menjadi salah satu tokoh yang namanya masuk dalam jajaran calon menteri di kabinet pemerintahan Prabowo-Gibran. Usai dirinya diundang mendatangi kediaman Presiden Terpilih Prabowo Subianto, di kawasan Kartanegara IV, Jakarta Selatan, Senin (14/10/2024).
Tito yang saat ini aktif menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri (Mendagri), menyampaikan bahwa dipercaya presiden terpilih untuk membantunya di kabinet periode 2024-2029.
Tito enggan mengungkapkan posisi yang akan diembannya di kabinet mendatang. Namun, dirinya mendapatkan tugas untuk menjaga inflasi tetap terkendali.
“Yang jelas beliau meminta agar penanganan inflasi yang selama ini sudah terjaga baik itu agar tetap diteruskan di masa beliau, dan saya sampaikan akan tetap saya laksanakan setiap minggu sampai ada perintah untuk dihentikan,” kata Tito selepas pertemuan Senin (14/10).
Lantas, bagaimana sosok Tito Karnavian? Yuk mengenal lebih dekat profil Tito Karnavian calon menteri pengisi kabinet pemerintahan Prabowo-Gibran.
Pria yang bernama lengkap Muhammad Tito Karnavian ini lahir di Palembang, Sumatera Selatan, 26 Oktober 1964, dan merupakan purnawirawan Jenderal Polisi.
Setelah lulus sekolah, Tito melanjutkan pendidikan Akademi Kepolisian dan lulus pada 1987. Dirinya menjadi lulusan terbaik peraih bintang Adhi Makayasa.
Tito memulai kariernya di kepolisian berawal menjabat sebagai Kanit Jatanras Reserse Polres Metro Jakarta Pusat Polda Metro Jaya 1987.
Kariernya terus menanjak, saat menjabat sebagai Kepala Satuan Reserse Umum Polda Metro Jaya, pada Oktober 2000 Tito berhasil menangkap buron kasus Badan Urusan Logistik (Bulog) Soewondo, melansir dari laman Sekretariat Kabinet
Setahun kemudian Tito ditunjuk memimpin Tim Cobra yang beranggotakan 23 perwira polisi berhasil menangkap Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto.
Selain bertugas di Polda Metro Jaya, Tito juga pernah mengemban tugas sebagai Kasubden Bantuan Densus 88/AT Bareskrim Polri, Kasubden Penindak Densus 88/AT Bareskrim Polri, Kasubden Intelijen Densus 88/AT Bareskrim Polri, dan Kadensus 88/AT Bareskrim Polri (2009).
Selama bertugas di Densus 88, Tito pernah terlibat dalam menumpas gembong teroris Doktor Azahari di Malang, Jawa Timur pada tahun 2005. Atas prestasinya itu Tito memperoleh kenaikan pangkat dari Ajun Komisaris Besar Polisi jadi Komisaris Besar Polisi.
Pada 2015, Tito diangkat menjadi Kapolda Metro Jaya pada 2015. Saat menjabat, Tito berhasil melumpuhkan serangan bom di Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat.
Berkat prestasinya itu, Presiden Jokowi mengangkat Tito sebagai Kepala BNPT pada 16 Maret 2016. Pangkat Tito pun naik dari Inspektur Jenderal menjadi Komisaris Jenderal.
Pada 15 Juni 2016, Presiden Joko Widodo menggunakan hak prerogatifnya secara resmi mengajukan nama Komjen Tito Karnavian sebagai calon tunggal Kapolri ke DPR menggantikan Kapolri Jenderal Badrodin Haiti. Tito kemudian resmi dilantik pada 13 Juli 2016, sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri).
Pada tanggal 22 Oktober 2019, Tito Karnavian sebagai Kapolri memasuki masa purnatugas usai diberhentikan melalui sidang paripurna di Dewan Perwakilan Rakyat.
Kemudian, pada tanggal 23 Oktober 2019 Tito resmi dilantik Presiden Jokowi menjadi Menteri Dalam Negeri dalam Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024.
Selama menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri dalam Kabinet Indonesia Maju, Tito juga pernah dipercaya sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) ad interim dari tanggal 4-15 Juli 2022 untuk mengisi jabatan yang ditinggalkan Tjahjo Kumolo.
Kemudian, Tito juga dipercaya sebagai Pelaksana Tugas (Plt.) Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) pada 2–21 Februari 2024 menggantikan Mahfud Md yang telah mengundurkan diri.
Untuk latar belakang pendidikan, Tito Karnavian setelah lulus dari Akademi Kepolisian, dirinya melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Exeter, Inggris tahun 1993 dan meraih gelar MA dalam bidang Police Studies.
Lalu, Tito kembali menimba ilmu di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) di Jakarta lulus tahun 1996. Dirinya mendapatan lulusan terbaik peraih bintang Wiyata Cendekia.
Selain itu, gelar pendidikan Tito lainnya didapat dari beberapa universitas, seperti Royal New Zealand Air Force Command and Staff College, New Zealand (1998), Bachelor of Arts in Strategic Studies, Massey University Auckland, New Zealand (1998), Sespim Polri (2000), Lemhannas RI PPSA XVII (2011) Peserta terbaik peraih bintang Seroja.
Tito berhasil meraih gelar Ph.D usai menempuh pendidikan jurusan Strategic Studies with interest on Terrorism and Islamist Radicalization at S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapore (magna cum laude) (2013).