Setiap tahun, pengibaran bendera Merah Putih selalu menjadi momen sakral dalam upacara kemerdekaan Indonesia. Di balik kegiatan tersebut, terdapat dua kelompok yang sering membingungkan masyarakat, yaitu Paskibra dan Paskibraka. Meskipun keduanya memiliki tugas yang sama yaitu mengibarkan bendera, namun asal usul, fungsi, dan tingkatannya berbeda. Perbedaan inilah yang membuat peran masing-masing kelompok menjadi unik dalam setiap upacara.
Paskibra, singkatan dari Pasukan Pengibar Bendera, merupakan ekstrakurikuler yang biasanya ada di sekolah menengah seperti SMP dan SMA. Mereka bertugas mengibarkan bendera dalam upacara rutin di lingkungan sekolah sebagai sarana pembinaan kedisiplinan dan jiwa nasionalisme bagi siswa. Rekrutmennya dilakukan di tingkat sekolah tanpa melalui seleksi yang ketat, dan kegiatan Paskibra biasanya terbatas di lingkungan sekolah atau instansi lokal.
Sementara itu, Paskibraka, singkatan dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka, adalah pasukan pengibar bendera tingkat nasional yang bertugas pada upacara kenegaraan, terutama dalam memperingati Hari Kemerdekaan 17 Agustus. Berawal dari inisiatif Mayor Husein Mutahar pada tahun 1946, Paskibraka memiliki sejarah panjang yang kemudian disematkan nama “Paskibraka” pada tahun 1973. Anggota Paskibraka merupakan siswa SMA yang lolos seleksi ketat dan berjenjang, dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, hingga nasional, dan setelah melaksanakan tugasnya, mereka mendapat gelar Purna Paskibraka Indonesia sebagai penghargaan atas kontribusinya.
Perbedaan utama antara Paskibra dan Paskibraka terletak pada tingkat penugasan, proses seleksi rekrutmen, tugas utama, simbolisme, dan status pasca tugas. Meskipun sering disamakan, keduanya memiliki peran yang berbeda namun sama-sama penting dalam mendukung semangat patriotisme dan cinta tanah air melalui kegiatan pengibaran bendera Merah Putih. Kehadiran keduanya dalam setiap upacara kemerdekaan menjadi penegasan akan nilai-nilai kebangsaan yang harus dijaga dan dilestarikan.
