Pemanfaatan energi nuklir di Indonesia semakin mendapat perhatian serius dari Kementerian PPN/Bappenas, yang merencanakan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) untuk mendukung transisi energi jangka panjang. Wakil Menteri Bappenas, Febrian Alphyanto Ruddyard, menegaskan bahwa pengembangan energi nuklir bukanlah tugas yang mudah, mengingat berbagai ekosistem yang harus dibentuk terlebih dahulu. Saat ini, Indonesia baru memanfaatkan nuklir dalam sektor non-energi seperti kesehatan, pangan, dan pertanian. Namun, dengan komitmen mencapai Net Zero Emission 2060, pemerintah melihat energi nuklir sebagai salah satu solusi utama dalam pengembangan energi bersih yang memiliki kapasitas besar dan implementasi cepat.
Dalam upaya pengembangan PLTN, Indonesia dihadapkan pada tiga tantangan utama, yaitu posisi nasional dalam pemanfaatan energi nuklir, kesiapan organisasi dalam membangun dan mengelola PLTN, serta pemetaan stakeholder yang terlibat dalam pengembangan dan implementasi teknologi nuklir. Bappenas berencana untuk membentuk tim percepatan pembangunan PLTN yang kuat dan independen, melakukan reformasi regulasi dan kebijakan energi nuklir, serta membentuk badan pelaksana tenaga nuklir guna mengelola proyek ini secara lebih terstruktur.
Meskipun tantangan dalam pengembangan PLTN juga bersifat sosial dan politik, Deputi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Amich Alhumami, menyatakan bahwa isu pembangunan PLTN sudah dibahas sejak 20 tahun lalu namun belum terealisasi karena berbagai hambatan. Dengan langkah-langkah strategis yang diambil oleh Bappenas, diharapkan Indonesia dapat segera memiliki PLTN yang dapat menjadi salah satu pilar penting dalam transisi menuju energi bersih.