Hoga Saragih: Teknologi Intelijen Mengancam Privasi Data Individu
TRIBUNJABAR.ID – Teknologi intelijen saat ini tidak hanya digunakan untuk tujuan pengamanan oleh negara, namun juga dalam dunia bisnis.
Salah satu contoh adalah pemanfaatan data pribadi yang sering disebarkan oleh individu sendiri tanpa disadari.
Hal ini diungkapkan oleh Guru Besar Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer sekaligus Ketua Prodi S1 Universitas Bakrie, Prof Hoga Saragih.
Menurut laporan alat sadap amnesty international, penyadapan telah menjadi masalah global yang melanggar hak asasi manusia. Maka dari itu, kewaspadaan dalam melindungi privasi daring sangatlah penting.
Hoga Saragih memberikan sudut pandangnya dari sisi teknologi, khususnya teknologi intelijen dalam bisnis, teknologi biometrik, dan hubungan antara manusia dan teknologi.
“Ketika teknologi biometrik, yang mencakup segala sesuatu yang digunakan dan dipegang oleh individu, dapat menjadi identitas unik mereka, individu justru semakin tidak terlindungi,” ujar Hoga dalam Seminar “Aturan Tambahan dalam Spionase: Jejaring atau Kuasa, Sebuah Diskursus” seperti yang diterima Tribunjabar.id, Selasa (11/6/2024).
Untuk itu Hoga Saragih menekankan pentingnya kesadaran akan risiko teknologi.
Hal ini karena semua yang terkait dengan informasi dapat menjadi alat spionase yang dapat digunakan untuk berbagai kepentingan, termasuk kepentingan bisnis.
Pembicara lainnya, Mayor Jenderal TNI (Purn) Tubagus Hasanuddin, yang juga anggota Komisi 1 DPR RI, berbicara mengenai pengalaman dan pandangannya tentang intelijen. TB Hasanuddin mengulas evolusi intelijen dari masa lalu hingga sekarang, pentingnya teknologi dalam kegiatan intelijen, serta tantangan yang dihadapi dalam penyadapan.
“Di masa lalu, operasi intelijen dilakukan dengan sumber daya yang terbatas dan teknologi yang kurang memadai, sehingga situasinya sering kali disebut senyap dan berbahaya,”
“penyadapan tetap penting dilakukan untuk mengungkap tindakan-tindakan kriminal yang dapat merugikan orang banyak,” kata Tubagus Hasanudin.
Seminar bertajuk ‘Aturan Tambahan dalam Spionase: Jejaring atau Kuasa, Sebuah Diskursus’ yang digelar Selasa (11/6/2024) di Universitas Kristen Indonesia, digelar oleh Center for Security and Foreign Affairs Universitas Kristen Indonesia (CESFAS UKI) bekerja sama dengan Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia (UI).
Selain para pembicara di atas hadir pula pembicara lain seperti Aishah Rasyidilla Kusumasomantri (Direktur Riset Indo-Pacific Strategic Intelligence), Arthuur Jeverson Maya (Ketua Program Studi HI dan Direktur CSJGR UKI), dan Angel Damayanti (Guru Besar Keamanan Internasional UKI).
Sumber: