Siasat Menjegal Trauma Pascabencana – prabowo2024.net

Trauma dapat dialami oleh setiap korban atau penyintas dari suatu kejadian bencana. Namun, tidak semua orang akan mengalami fase ini. Salah satunya adalah Palupi Budi Aristya (Upi) yang mengalami trauma saat Gunung Merapi aktif lagi. Pada 2010, ia dan keluarganya harus mengungsi karena letusan gunung tersebut. Meskipun sekarang sudah pindah ke tempat yang lebih jauh dari Merapi, Upi masih merasa cemas dan takut saat gunung tersebut aktif kembali.

Di sisi lain, Aris, yang merupakan penyintas bencana gempa dan tsunami Aceh tahun 2004, mengalami trauma yang lebih sulit dan panjang. Pengalamannya membentuk ketakutan terhadap laut dan ketinggian. Meskipun demikian, Aris bersyukur karena masih bisa menjalani kehidupan sehari-hari dengan normal.

Trauma pasca bencana atau Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) bisa dialami oleh setiap korban atau penyintas dari suatu kejadian bencana. Namun, tidak semua penyintas akan mengalami fase tersebut. Mayoritas penyintas dapat pulih dari fase stres dan frustasi akibat kejadian luar biasa seperti bencana alam. Namun, bagi yang membutuhkan, pendampingan psikologis awal sangat penting. Relawan bencana dapat membantu dalam memberikan dukungan psikososial kepada korban di lokasi bencana. Dukungan ini dapat membantu korban mengelola dampak psikologis yang mereka rasakan akibat bencana.

Relawan juga dapat membantu dalam memberikan dukungan psikososial kepada korban di lokasi bencana. Kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh relawan dapat membantu mengalihkan perasaan korban dari situasi yang menegangkan dengan lebih menyenangkan sehingga korban bisa merasa lebih tenang. Salah satu bukti keberhasilan pendampingan ini adalah kisah Upi dan Aris yang berhasil pulih dari fase stres dan frustasi akibat bencana alam yang mereka alami.

Source link